PELILINAN PADA BUAH MANGGA DAN TOMAT

Kamis, 13 Februari 20140 komentar



PENDAHULUAN

Latar Belakang
Produk Hortikultura seperti sayur-sayuran dan buah-buahan yang telah dipanen masih merupakan benda hidup. Benda  hidup disini dalam pengertian masih mengalami proses-proses yang menunjukkan kehidupanya yaitu proses metablisme. Karena masih terjadi proses metabolisme tersebut maka produk buah-buahan dan sayur-sayuran yang telah dipanen akan mengalami perubahan-perubahan yang akan menyebabkan terjadinya perubahan komposisi kimiawinya serta mutu dari produk tersebut. Perubahan tersebut disebabkan oleh beberapa hal seperti terjadinya respirasi yang berhubungan dengan pengambilan unsur oksigen dan pengeluaran karbon dioksida (respirasi), serta penguapan uap air dari dalam produk tersebut yang dikenal sebagai transpirasi.
Kehilangan air dari produk hortikultura saat berada pohon tidak masalah karena masih dapat digantikan atau diimbangi oleh laju pengambilan air oleh tanaman. Berbeda dengan produk yang telah dipanen kehilangan air tersebut tidak dapat digantikan, karena produk tidak dapat mengambil air dari lingkungnnya. Demikian juga kehilangan substrat juga tidak dapat digantikan sehinga menyebabkan perubahan kualitas dari produk yang telah dipanen atau dikenal sebagai kemunduran kualitas dari produk, tetapi pada suatu keadaan perubahan tersebut justru meningkatkan kualitas produk tersebut.
Kemunduran kualitas dari suatu produk hortikultura yang telah dipanen biasanya diikuti dengan meningkatnya kepekaan produk tersebut terhadap infeksi mikroorganisme sehingga akan semakin mempercepat kerusakan atau menjadi busuk, sehingga mutu serta nilai jualnya menjadi rendah bahkan tidak bernilai sama sekali. Pada dasarnya mutu suatu produk hortikultura setelah panen tidak dapat diperbaiki, tetapi yang dapat dilakukan adalah hanya usaha untuk mencegah laju kemundurannya atau mencegah proses kerusakan tersebut berjalan lambat. Berarti bahwa mutu yang baik dari suatu produk hortikultura yang telah dipanen hanya dapat dicapai apabila produk tersebut dipanen pada kondisi tepat mencapai kemasakan fisiologis sesuai dengan yang dibutuhkan oleh penggunanya. Produk yang dipanen sebelum atau kelewat tingkat kemasakannya maka produk tersebut mempunyai nilai atau mutu yang tidak sesuai dengan keinginan pengguna atau SNI (Standart Nasional Indonesia).
Dari berbagai masalah tersebut maka terdapat gagasan untuk menghambat proses metabolisme didalam buah. Salah satunya adalah dengan cara pelapisan lilin. Penggunaan pelapisan lilin pada produk hortikultura berfungsi sebagai pelindung buah atau sayuran terhadap gangguan fisik, mekanik dan mikrobiologi secara alami. Pelapisan lilin pada buah merupakan suatu teknik untuk menggantikan dan menambah lapisan lilin alami pada buah yang kemungkinan besar hilang selama proses penanganan pasca panen.
Masalah penanganan produk hortikultura setelah dipanen (pasca panen) sampai saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius baik dikalangan petani, pedagang, maupun dikalangan konsumen sekalipun. Walaupun hasil yang diperoleh petani mencapai hasil yang maksimal tetapi apabila penanganan setelah dipanen tidak mendapat perhatian maka hasil tersebut segera akan mengalami penurunan mutu atau kualitasnya. Seperti diketahui bahwa umur simpan produk hortikultura relatif tidak tahan lama.

Tujuan
1.      Meningkatkan pemahaman kegunaan dari pelapisan lidah buaya dengan pelapisan  lilin pada buah mangga dan tomat.
2.      Mampu melaksanakan prosedur pelapisan lilin dan penyimpanan pada suhu rendah produk hortikultura.
3.      Mampu melakukan analisis pengaruh pelapisan lidah buaya dengan kadar 50 % dan pelapisan lilin dengan kadar 9 % dan penyimpanan suhu rendah terhadap kemunduran mutu produk hortikultura.
4.      Mampu membuat laporan tertulis secara kritis.



 TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Pelilinan
Lilin adalah ester dari asam lemak berantai panjang dengan alkohol monohidrat berantai panjang atau sterol (Bennett, 1964). Lilin lebah merupakan lilin alami komersial yang merupakan hasil sekresi dari lebah madu (Apis mellifica) atau lebah lainnya. Madu yang diekstrak dengan sentrifusi sisir madunya dapat digunakan lagi, sedangkan yang diekstrak dengan pengepresan mengakibatkan sarang lebah hancur. Sarang yang hancur dapat dijadikan lilin atau dapat dibuat untuk sarang baru. Hasil sisa pengepresan dan sarang yang hancur dicuci dan dikeringkan, kemudian dipanaskan sehingga menjadi lilin atau malam (Winarno, 1981). Lilin lebah pada umumnya digunakan sebagai bahan kosmetik, bahan pembuat lilin bakar, dan industri pemeliharaan. Lilin ini berwarna putih kekuningan sampai coklat, titik cairnya 62.8-70 oC dan bobot jenisnya 0.952-0.975 kg/m3. Lilin lebah banyak digunakan untuk pelilinan komoditas hortikultura karena mudah didapat dan murah (Bernett, 1964). Lilin karnauba merupakan lilin yang didapat dari pohon palem (Copernica Cerifera). Sedangkan lilin spermaceti adalah lilin yang didapat dari kepala ikan paus (Phesester macrocephalus). Lilin ini banyak digunakan dalam industri obat dan kosmetik (Dalal, 1991).
Pada buah terdapat perbedaan buah atas dasar proses laju respirasi yang terdapat pada buah yaitu klimaterik dan non klimaterik. Pada buah klimaterik memiliki laju respirasi yang relatif cepat sedangkan pada buah non klimaterik proses respirasinya lambat (Dwiari, dkk, 2008). Proses terjadinya respirasi akan menyebabkan tanaman cepat pembusukannya karena terjadi perombakan senyawa kimia didalam buah. Pelilinan merupakan suatu teknik yang melapisi bagian permukaan buah agar tetap terjaga kesegarannya dan menekan angka laju respirasinya. Pelilinan bertujuan untuk mengganti lapisan lilin yang hilang akibat dari proses mekanik pemanenan dan menutupi pori-pori yang ada dipermukaan buah karena proses respirasi buah melalui pori-pori buah.
Pelapisan lilin dapat menggunakan lapisan yang harus memenuhi syarat sebagai pelapis sehingga tidak membahayakan konsumen. Pelapisan lilin selain berfungsi sebagai penekan laju respirasi buah juga dapat mencegah buah terserang oleh mikroorganis yang dapat menurunkan kualitas buah. Salah satu pelapis yang tidak berbahaya adalah penggunaan edible film. Edibble film merupakan lapisan tipis yang dapat menyatu dengan bahan pangan, layak dimakan dan dapat diurai oleh mikroorganisme (Rachmawati, Maulida, 2010). Edible film dibentuk sebagai coating pada permukaan bahan makanan atau bagian bahan yang berbeda Aw. Edible film berfungsi sebagai barrier untuk menghambat absorbsi atau transfer uap air dan gas (CO2, O2), memperbaiki struktur mekanika bahan pangan dan sebagai bahan tambahan pangan yang memberi efek antioksidan, antimikrobia dan flavour.
Sebab lain dari kemunduran kualitas produk hortikultura adalah laju transpirasi yang ada didalam buah. Transpirasi merupakan salah satu proses utama penyebab penurunan mutu produk yang mengganggu nilai komersial serta fisiologis buah (Santoso dan Hulopi, 2011). Akibat trasnpirasi yang terjadi akan menyebabkan tampilan buah akan sedikit pucat, cita rasa dan menurunkan bobot buah sehingga dapat juga menurunkan kualitas buah tersebut. Proses transpirasi disebabkan oleh buah yang kehilangan banyak air akibat pemercepatan proses metabolisme didalam buah sehingga buah akan mudah dan cepat rusak. Pelilinan juga dapat menghambat laju transpirasi yang ada didalam buah karena menutupi sebagian besar pori-pori pada permukaan buah. Ketika buah dipetik dari pohonnya maka proses suplai cadangan makanan yang ditranslokasikan dalam buah akan terhambat sehingga dalam mempertahankan diri buah akan menggunakan cadangan makanan pada daging buah untuk proses perkecambahan benih sehingga jika lapisan daging buahnya telah habis maka benih akan tumbuh menjadi tanaman karena ketika kita memeti buah adalah mengambil kehidupan.
Pada penanganan pasca panen dilakukan cara pencucian agar buah yang diperoleh tidak terkontaminasi oleh mikroba yang ada di lingkungan buah. Pencucian akan berpengaruh pada hilangnya lapisan lilin pada permukaan buah sehingga dapat memacu buah untuk melakukan proses metabolisme didalam buah. Pencucian dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran serta residu pestisida (insektisida atau fungisida). Namun demikian, pencucian tersebut tidak dilakukan terhadap sayuran yang teksturnya lunak dan mudah lecet/rusak. Secara tradisional pencucian ini menggunakan air namun untuk mendapatkan hasil yang lebih baik disarankan penambahan klorin ke dalam air pencucian agar mikroba dapat dihilangkan dengan lebih efektif (Samad, M. Yusuf, 2006).
Batani lidah buaya
Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari lidah buaya adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Liliflorae
Family : Liliceae
Genus : Aloe
Species : Aloe vera

Gel lidah buaya
        Lidah buaya ( aloe vera)  adalah tanaman tropis yang berbentuk daun tebal kurang lebih 1cm dengan daging buah berlendir atau gel. Daunnya meruncing, pinggirnya bergerigi dan dapat mencapai panjang 30cm. Dari sekitar 200 jenis tanaman lidah buaya, yang baik digunakan untuk pengobatan adalah jenis Aloevera Barbadensis miller. Lidah buaya jenis ini mengandung 72 zat yang dibutuhkan oleh tubuh ( Freddy Wilmana, 2005).
           Di dalam daun lidah buaya terdapat bahan yang biasa disebut sebagai gel. Gel ini merupakan jaringan parenkim pada tanaman lidah buaya. Gel lidah buaya tersusun atas polisakarida yang tampak tak berwarna, tetapi pada beberapa jenis memiliki warna kehijauan yang mungkin disebabkan adanya klorofil didalamnya. Polisakarida ini sebagian besar tersusun atas ikatan linier β 1-4 glukosa dan manosa (Danhof, 2004) membentuk glukomanan sebagai molekul paling dominan. Dalam susunan polisakarida ini, manosa memiliki perabandingan jumlah yang lebih banyak dari pada glukosa sehingga polisakarida ini juga sering disebut sebagai polimanan. Ukuran molekul polisakarida pada gel lidah buaya bervariasi, dengan ukuran terkecil 50 hingga 9000 molekul (Danhof, 2004).
        Menurut Hunter (2006), Komposisi dari gel lidah buaya antara lain: air, glukomanan (termasuk di dalamnya glukosa, manosa, asam glukuronat), polisakarida lainnya (seperti galaktogalakturan dan galaktoglukoarabinomanan) pectic substances, lupeol, serol, bahan organik lainnya dan adanya steroid anorganik di dalamnya juga telah teridentifikasi. Dari sekian banyaknya zat, yang paling dominan adalah air yang jumlahnya mencapai 99%.
        Bernstein (2005) berpendapat bahwa lembaran gel lidah buaya dapat menahan difusi oksigen dan air ke dalam buah sehingga dapat menghambat proses pembusukan buah, disamping itu tidak banyak berpengaruh terhadap perubahan rasa. Disamping itu lidah buaya memiliki aktivitas antimikroba terhadap beberapa mikroba, contohnya adalah Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Trichophyton mentagraphytes, T. schoeleinii, Microsporium canis and Candida albicans (Agarry et al., 2005).
Botani Mangga
Mangga merupakan tanaman buah tahunan berupa pohon yang berasal dari Negara India.Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah AsiaTenggara termasuk Malaysia dan Indonesia Mangga merupakan satugenus tumbuhan yang terdiri dari 35 spesies pokok buahtropika dalam familiAnacardiaceae. Tidak ada orang yang tahu dengan tepat tentang tempat asalnya, tetapi kebanyakan orang mempercayai bahwa pokok ini berasal dari benua Asia Selatan dan AsiaTenggara, termasukIndiaTimur, Myanmar, dan Bangladesh. Nama buah ini berasal dari Malayalam manga. Kata ini diindonesiakan menjadi mangga; dan pada pihak lain,kata ini dibawa keEropa oleh orang-orang Portugis dan diserap menjadi manga (bahasa Portugis),mango (bahasa Inggris) dan lain-lain. Nama ilmiahnya sendiri kira-kira mengandung arti:“(pohon) yang berbuah mangga, berasal dari India” (www.wikipedia.org Diakses  4 september 2013).
Klasifikasi
botani tanaman mangga adalah sebagai berikut :
Species (jenis)    : Mangifera indica L.
Genus                 : Mangifera
Famili (keluarga) : Anacardiaceae
Ordo                    : Sapindales
Kelas                   : Dicotyledoneae (berkeping dua)
Sub devisi            : Angiospermae (berbiji tertutup)
Devisi                   : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) ( Aak, 1991).
Pohon mangga berperawakan besar, dapat mencapai tinggi 40 m atau lebih, meski kebanyakan mangga peliharaan hanya sekitar 10 m atau kurang. Batang mangga tegak, bercabang agak kuat, dengan daun-daun lebat membentuk tajuk yang indah berbentuk kubah, oval atau memanjang, dengan diameter sampai 10 m. Kulit batangnya tebal dan kasar denganbanyak celah-celah kecil dan sisik-sisik bekas tangkai daun. Warna pepagan (kulit batang) yangsudah tua biasanya coklat keabuan, kelabu tua sampai hampir hitam (http/www.wikipedia.org,diakses tanggal 26 Maret 201)
Botani Tomat
Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) tomat merupakan tanaman asli dari kawasan Meksiko hingga Peru. Tomat merupakan tanaman herba semusim dengan sifat atau tipe pertumbuhan tanaman tomat terdiri atas tiga jenis, tak terbatas (indeterminate),semi terbatas (semi determinate), dan terbatas (determinate).
Menurut Budijaya (1997),berdasarkan tipe pertumbuhannya, tanaman tomat dapat dibedakan atas tipe determinate dan indeterminate. Tanaman tomat yang mempunyai tipe pertumbuhan determinate,pada ujung tanaman terdapat tandan bunga dan pada setiap ruas batang, misalnya pada kultivar Intan, Ratna, berlian, Permata, dan sebagainya. Tanaman tomat yang mempunyai tipe pertumbuhanindeterminate,tandan bunga tidak terdapat pada setiap ruas batang dan ujung tanaman senantiasa terdapat pucuk muda, misalnya pada kultivar Money maker, Gondol, Santa Cruz Kada, dan sebagainya. Varietas Arthaloka termasuk dalam golongan tipe semi determinate.
Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1998), ciri morfologi tanaman tomat  adalah batang tomat muda berbentuk silinder dan lunak bila sudah tua akan  berbentuk segi empat dan sedikit berkayu sehingga mudah patah, diameter batang dapat mencapai 4 cm serta mempunyai banyak cabang. Pada ujung batang utama terdapat meristem apikal yang merupakan bagian paling aktif membentuk daun dan bunga.
Menurut Budijaya (1997), ciri khas batang tomat adalah tumbuhnya bulu-bulu halus di seluruh permukaannya. Kemampuannya menembus lapisan tanah terbatas, yakni pada kedalaman 30-70 cm. Daun tanaman tomat termasuk berdaun  majemuk dan bercelah menyirip. Daunnya yang berwarna hijau dan berbulu  mempunyai panjang sekitar 20-30 cm, dan lebar 15-20 cm, antara pasanga- pasangan daun terdapat daun kecil yang disebut  foliol . Bunga tanaman tomat  berwarna kuning dan tersusun dalam dompolan dengan jumlah 5-10  bunga/dompolan atau tergantung dari varietasnya. Kuntum bunga terdiri dari lima  helai daun kelopak dan lima helai mahkota. Pada serbuk sari bunga terdapat  4 kantong yang letaknya menjadi satu dan menjadi bumbung yang mengelilingi  tangkai kepala putik.
Buah tomat sangat bervariasi dalam hal ukuran, bentuk, warna, kekerasan,  rasa, dan kandungan bahan padatnya. Semua komponen tersebut mempengaruhi  kualitas buah tomat. Buah tomat adalah buah buni (beri) berdaging dengan  permukaan agak berbulu. Buah tomat mengandung banyak biji, biji dikelilingi  oleh bahan gel yang memenuhi rongga buah. Biji tomat berbentuk pipih dan  berwarna krem muda hingga coklat dan memiliki panjang 2-3 mm (Rubatzky dan
Yamaguchi, 199




















METODOLOGI

Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan praktikum ke-2 Fisiologi Pascapanen (Pelilinan) Rabu  tanggal 25 september 2013 jam 08.30 s/d 12.20 WIB.
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium  Pasca panen Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor
Alat dan Bahan
Alat
1.      Baskom
2.      Ph lakmus
3.      Piring
4.      Kulkas
5.      Blender
6.      Termometer
7.      Gelas ukur
8.      Heand Reflaktometer
9.      Tisu
10.  Ph lakmus

Bahan
1.        Buah mangga
2.        Buah tomat
3.        Lidah buaya
Cara Kerja
v  Pelapisan dengan lidah buaya Buah Mangga
1.        Persiapan Alat dan bahan yang diperlukan seperti diatas
2.        Mencuci, menimbang, mengamati kekerasan, mengamati warna, serangan penyakit, Ph meter, total padatan terlatur(TPT) buah mangga.
3.        Mengupas lidah buaya, di ambil dagingnya, kemudian diblender, dengan campuran 50 % Lidah buaya dan 50 % aqudes
4.        Pengamatan warna, berat, PH, TPT, penyakit
5.        Celupkan buah mangga sekitar 10 detik kedalam campuran lidah buaya dengan aquades
6.        Menganggkat dan di angin-anginkan dengan kipas  ± 5 menit
7.        Menyimpan buah pada ruang suhu dingin (ruang pendinginan atau kulkas dengan suhu ± 100 C-13 0C.
8.        Dilakukan pengamatan setelah 5 hari
v  Pelilinan buah tomat
1.        Persiapan Alat dan bahan tomat 2 buah yang diperlukan
2.        3 buah tomat dicuci, ditiimbang, diamati kekerasan, diamati warna, serangan penyakit, Ph meter,  diukur total padatan terlatur(TPT) buah tomat.
3.        Melelehkan lilin dengan berat 9 gram (9%) menggunakan pemanas dan dicampurkan air sekitar 91 ml sampai mendidih agar dapat tercampur antara lilin dengan aquades
4.        Pengamatan warna, berat, PH, TPT, penyakit
5.        Celupkan 1 buah tomat sekitar 5 detik kedalam campuran lilin dengan aquades
6.        1 buah tomat sebagai kontrol
7.        Menganggkat dan di angin-anginkan dengan kipas  ± 5 menit
8.        Menimbang buah tomat yang sudah terlapis lilin
9.        Menyimpan buah pada ruang suhu dingin (ruang pendinginan atau kulkas dengan suhu ± 100 C-13 0C.
10.    Melakukan pengamatan karakteristik mutu setelah 5 hari















HASIL DAN PEMBAHASAN



Dalam pelaksanaan praktikum ke -2 yaitu melaksanakan pelilinan pada produk holtikultura mangga dan tomat. Adapuan pengamatan yang dilaksanakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel. 1 Tabel pengamatan awal mangga dan tomat

Komoditi
Perlakuan
Pengamatan awal
Berat
(grm)
Warna
Kekerasan
PH
Rerata
TPT
penyakit
Mangga
I. Kontrol tidak ada






II.Pelapisan dengan lidah buaya 50% aquades 50 %
321
Hijau kekuningan
Keras
5
9,3

Pangkal kena step dan roop
Tomat
I Kontrol
86,9
Dominan merah
Keras
5
4,03
sehat
II. Pelapisan lilin dengan kadar 9 %
63,1
Dominan merah
Keras
5
4,03
sehat

Tabel. 2 Data pengamatan setelah hari ke- 5
Komoditi
Perlakuan
Pengamatan setelah hari ke-5
Berat
(grm)
Warna
Kekerasan
PH
Rerata
TPT
penyakit
Mangga
I. Kontrol tidak ada






II.Pelapisan dengan lidah buaya 50% aquades 50 %
317
Hijau busam
Agak lembek
4,5
9,5
Pangkal kena step dan roop
Tomat
I Kontrol
85,9
Agak busam
Agak lembek
5
3,25
sehat
II. Pelapisan lilin dengan kadar 9 %
63,3
tetap
keras
4
2,93
sehat

Pada pratikum yang telah dilakukan menggunakan produk holtikultura yaitu mangga dan tomat dengan perlakuan mangga dengan pelilinan alami yaitu dengan lidah buaya 50 % ,  dan buah tomat pelilinan dengan lilin dengan berat 9 % atau 9 gr anpa pelilinan dan menggunakan pengulangan yaitu ulangan 1 dan ulangan 2 dengan parameter penyusutan berat, kekerasan, warna, , laju respirasi, Derajad kemasaman ( PH), dan Tatoal padatan terlarut adsalah sebagai berikut :
Susut Berat
a.        Buah Mangga
Pada pratikum ke 2 yang telah dilakukan menggunakan produk holtikultura yaitu pada buah mangga dengan perlakuan pelapisan lidah buaya,  dengan ulangan I kontrol dan ulangan II pelapisan lidah buaya dengan konsentrasi 50 % lidah buaya, dari pengamatan susut berat untuk perlakuan lidah buaya terjadi penyusutan 4 gram atau 1,2 % hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan  berat buah setelah proses pelapisan dengan lidah buaya. Berdasarkan Sinaga (1984), mengemukakan bahwa respirasi menyebabkan terjadinya susut berat, karena respirasi melibatkan terjadinya pembongkaran senyawa-senyawa organik, sehingga senyawa-senyawa organik akan menurun kandungannya
b.        Buah Tomat
Untuk perlakuan kontrol atau tanpa pelilinan terjadi perubahan penyusutan berat yaitu sekitar 1 gram 1 % dikarenakan proses respirasi
Sedangkan untuk perlakuan pelilinan dengan konsentrasi 9 % lilin dan 91 % air tidak mengalami penyusutan berat bahkan mengalami kenaikan berat yaitu 0,2 gram hal ini disebabkan karena proses respirasi sangat kecil sehingga tidak terjadinya perubahan berat. Dengan demikian dengan proses pelilinan dapat  diterapkan dalam usaha pemasaran buah untuk tujuan yang jauh dan memerlukan waktu yang lama
Perubahan Warna
a.        Buah mangga
Pengamatan warna pada mangga sebelum dilaksanakan perlakuan pelapisan dengan lidah buaya warna mangga hijau kekuningan setelah dilakukan pelapisan warna agak berubah kusut dikarenakan pelapisan dengan lidah buaya kurang baik dikarenakan proses transpirasi masih mengalami proses trnspirasi agak tinggi di bandingkan dengan pelapisan dengan lilin
b.        Buah tomat
Untuk pengamatan warna pada buah tomat sebagai kontrol terjadi perubahan warna yang awalnya dominan merah setelah 5 hari dalam tempat dan suhu yang sama buah tomat mengalami perubahan warna menjadi merah kusam tidak sebaik awalnya.
Sedangkan untuk tomat yang memakai perlakuan pelapisan lilin dengan konsentrasi 9 % warna tomat yang semula dominan merah setelash 5 hari dalam suhu 10- 13 oc tidak mengalami perubahan. Hal itu disebabkan proses transpirasi pada buah tomat sedikit karena dilapisi dengan pelilinan, sehingga dalam pemasaran tomat untuk jarak jauh perlu di lakukan pelilinan untuk mengurangi perubahan warna.
Tekstur ( kekerasan )
a.        Buah mangga
Pengamatan pada buah mangga untuk tektur pada buah mangga awal hijau kekuningan dengan perlakuan pelapisan lidah buaya tekstur mangga mengalami perubahan sedikit dikarenakan pelapisan lidah buaya tidak begitu rapat dalam pelapisanya, akan teapi dengan pelapisan lidah buaya lebih aman dibandingkan dengan pemakaina lilin.
b.        Buah tomat
Denagan pengamatan tekstur pada buah tomat untuk yang kontrol mengalami perubahan tekstur yang awalnya keras setelah 5 hari mengalami perubahan agak lembek. Hal ini disebabkan oksigen yang masuk dalam jaringan tomat yang tidak di lapisi lebih besar sehingga enzim yang terlibat dalam pros4es respirasi aktif dalam bekerja.
Sedangkan dalam pengamatan tekstur pada buah tomat yang dilapisi dengan konsentarsi lilin 9 %  tidak mengalami perubahan tekstur. Hal ini disebabkan nilai tekstur jaringan buah tomat adalah makin kecil (keras). Hal ini disebabkan karena pada kondisi tersebut oksigen yang masuk ke jaringan adalah lebih sedikit sehingga enzim-enzim yang terlibat dalam proses respirasi dan pelunakan jaringan adalah kurang aktif. Ben- Yehoshua (1987), menyatakan bahwa laju respirasi yang kecil pada edible coating tomat menyebabkan penundaan kematangan dan mengurangi degradasi tekstur selama penyimpanan. Watada et al (1979), menambahkan bahwa pelunakan jaringan hortikultura pada dasarnya adalah akibat aktifitas enzim pemecah senyawa pektin yang berada pada lamela tengah, yaitu enzim pektin esterase (PE) dan poligalakturonase (PG). Untuk kekerasan pada buah yang terlapisi dipengaruhi oleh adanya senyawa pektin yang ada didalam buah yang semula senyawa pektin tersebut tidak terlarut menjadi terlarut pada buah sehingga menurunkan tingkat kekerasan buah, dan untuk tingkat pembusukan lebih relatif dapat dihambat karena pembusukan dipengaruhi oleh adanya reaksi anaerob didalam buah yang dihasilkan alkohol (Rachmawati, 2010).
Derajat Keasaman (pH)
a.        Buah mangga
Analisis ragam derajat keasaman pada hari ke-5 sampai pada buah mangga dengan  perlakuan  pelapisan lidah buaya mengalami perubahan kemasaman yaitu 0,5. Derajat keasaman buah mangga dalam pengamatan tahap pertama ini adalah semakin tinggi pada konsentrasi pelapisan lidah buaya makin kecil PH nya. Hal ini berkaitan dengan pembahasan mengenai kandungan total asam, buah mangga dengan laju respirasi yang tinggi maka kandungan total asamnya lebih sedikit (pH tinggi).Sinaga (1984), pH buah mangga selama penyimpanan, disebabkan berkurangnya asam-asam organik sebagai akibat perombakan asam menjadi cadangan energi dalam peristiwa respirasi.
b.        Buah tomat
Analisis ragam derajat keasaman pada hari ke-5 sampai pada buah tomat dengan  perlakuan  I kontrol ( tanpa pelilinan ) perlakuan II pelilinan dengan kadar 9 % lilin. Untuk tomat tanpa pelilinan PH nya tetap dan untuk perlakuan pelilinan PH nya menurun yang awalnya 5 menjadi 4 . hal ini dikarenakan  semakin tinggi pada konsentrasi pelapisan lilin makin kecil PH nya. Hal ini berkaitan dengan pembahasan mengenai kandungan total asam, buah mangga dengan laju respirasi yang tinggi maka kandungan total asamnya lebih sedikit (pH tinggi).Sinaga (1984), pH buah mangga selama penyimpanan, disebabkan berkurangnya asam-asam organik sebagai akibat perombakan asam menjadi cadangan energi dalam peristiwa respirasi.





Total Padatan Terlarut
a.        Buah mangga
Berdasarkan pengamatan total padatan terlarut pada buah mangga  dengan pelapisan lidah buaya semakin naik yang awal ya 9,3 menjadi 9,5 berarti ada berarti terjadi kenaikan TPT pada buah.
b.        Buah tomat
Untuk pengamatan buah tomat mengenai total padatan terlarut TPT mengalami penurunan Analisis ragam kandungan total padatan, perlakuan pelilinan dengan kadar 9 % menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap kandungan total padatan terlarut buah tomat. Hal ini terkait dengan laju respirasi, dengan semakin kecilnya laju respirasi maka kandungan total padatan terlarutnya makin besar. Crisosto et al. (1993), menyatakan bahwa respirasi menyebabkan bahan-bahan yang merupakan komponen total padatan terlarut menjadi berkurang, karena digunakan sebagai bahan baku dalam proses respirasi.



























KESIMPULAN DAN SARAN



Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.             Perubahan susut berat pada buah  tomat dengan pelilinan dikarenakan proses transpirasi dengan perlakuan lilin susut buah hapir tidak ada bahkan mengalami kenaikan berat sekitar 0,2 gr, sedangkan pada buah mangga dengan pelapisan lidah buaya mengalami penyusutan tetapi hanya sedikit sekitar sekitar 4 gr atau 1,2 % dari  berat awal.
2.             Perubahan tekstur buah pada tomat dengan perlakuan pelilinan terksturnya tidak berubah buahnya tetap segar dan keras, sedangkan pelapisan lidahbuaya pada buah mangga masih mengalami perubahan tektur dikarenakan enzim yang ada pada buah mangga masih terbuka respirasinya masih tinggi.
3.             Perubahan warna pada buah mangga dengan pelapisan lidah buaya masih mengalami perubahan warna, sedangkan tomat dengan pelilinan 9 % tidak mengalami perubahan warna dengan demikin pelilinan lebih baik mengurangi perubahan warna pada buah.
4.             Perubahan Derazat kemasaman PH pada buah tomat dengan pelilinan akan mengalami pengurangan PH sekitar 1sedangkan pelapisan mangga dengan lidah buaya penyusutan PH lebih kecil 
5.             Total padatan terlaurut pada buah mangga semakin naik sekitar 2 sedangkan untuk buah tomat dengan perlakuan kontrol mengalami penurunan 0,78 sedangkan tomat dengan pelilinan 9 % mengalami penurunan 1,1 menurut Crisosto et al. (1993), menyatakan bahwa respirasi menyebabkan bahan-bahan yang merupakan komponen total padatan terlarut menjadi berkurang, karena digunakan sebagai bahan baku dalam proses respirasi.

Saran
Pelaksanaan praktikum pelilinan kurang valit dikarenakan perlakuanya hanya sedikit sehingga kurang mewakili dikarenakan bahan yang tersedia tidak mencukupi atau keterbatasan sarana dan prasarana


DAFTAR PUSTAKA

Agarry O.O., Olaleye M.T., and Bello-Michael. (2005). “Comparative  antimicrobial Activities of aloe vera gel and leaf” African Journal of Biotechnology Vol. 4 (12), pp. 1413-1414.
Bernstein, Michael. (2005). Aloe vera coating for fruits and vegetables.Danhof, Ivan E. (2004). Position Statement on Polysaccharides. Science and Technical Committee
Beattie, B.B., Kavanaght, E.E., Glasson,W.B.Mc., Adams, K.H., Smith, E.F., and Best, D.J. 1983. Fresh Market Tomatoes : A Study of Consumers Attitudes and Quality of Fruit Offered for Sale in Sydney 1981-1982. J. Food Tech., 35 (10) : 450-455.
Ben-Yehoshua, S. 1987. Transpiration,Water Stress and Gas Exchange in J. Weichmann (Ed). Postharvest Physiology of Vegetables. p.113-170. Marcel Dekker, Inc. New York.
Do, J.Y., dan Salunkhe, D.K. 1989. Penyimpanan Dengan Udara Terkendali. Bagian I : Pertimbangan-pertimbangan Biokimia dalam R. B. Pantastico (Ed). Fisiologi Pascapanen :Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub-tropik
Minerals in Fennema O.R. (Ed). Principles of Food Science. Part I: Food Chemistry. p.347-384. Marcel Dekker, Inc. New York. Tranggono dan Sutardi. 1990. Biokimiadan Teknologi Pascapanen. PAU Pangan dan Gizi. UGM. Yogyakarta. Vojdani, F., and Torres, J.A. 1990.
Padmadisastra, yudi. dkk (2003), formulasi sediaan cair gel lidah buaya sebagai minuman kesehatan, simposium bahan kimia alami, Bandung.Shipards, Isabell. (2007). Aloe vera.
Pantastico R. B. 1993. Fisiologi Pascapanen : Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Terjemahan Kamariyani. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sinaga, R.M. 1984. Penelitian Mutu Fisis Buah Beberapa Varitas Tomat. Buletin Penelitian Hortikultura. Balai Penelitian Hortikultura. Lembang. 11 (4) : 32-37.Tannenbaum, S.R. 1976.


Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. SELAMAT DATANG SOBAT - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger